Ekspetasi Terlalu Tinggi, Hasilnya Malah Jeblok

 


Selamat pagi sobat, 

Kemarin sore mulai jam 16.10 WIB saya sempatkan menyaksikan secara live  di RCTI, pertandingan babak kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup C antara tuan rumah Australia melawan Indonesia.

Pertandingan yang berlangsung di Allianz Sydney Stadium, Sydney, Australia, berakhir untuk kemenangan tuan rumah Australia dengan skor telak 5-1.

Pesta gol dari tuan rumah Australia ini dihasilkan berkat sepasang gol dari Jackson Irvine (34' dan 90') serta masing-masing satu gol dari Martin Boyle (18'-pen), Nishan Velupillay (20') dan Lewis Miller (61'). 

Sementara Indonesia hanya bisa memperkecil kedudukan berkat gol dari Ole Romeny (78').

Kekalahan telak ini sungguh di luar dugaan saya meskipun juga saya tak berharap banyak Indonesia bisa meraih kemenangan di kandang Australia. 

Skuad mewah Indonesia (dilihat dari nilai transfermarkt) yang jauh mengungguli Australia jelas membuat sebagian besar pendukung Indonesia sangat berharap Indonesia bisa mengambil tiga poin penuh di kandang Australia. 

Ekspetasi yang berlebihan ini juga tak lepas dengan baru bergabungnya tiga pemain naturalisasi grade A jelang laga melawan Australia yakni Dean James, Ole Romeny dan Emil Audero. 

Sejak awal saya sudah mencemaskan persiapan yang begitu minim jelang laga yang sangat penting dan krusial ini. 

Para pemain baru bisa berkumpul hanya dua hari jelang hari H. Dengan waktu yang sangat minim tersebut dan belum lagi perjalanan jauh dari para pemain yang berangkat dari Eropa, tentu saja kebugaran fisik jelas tak prima. 

Di samping itu untuk memadukan kerja sama antar pemain dalam satu tim apalagi ada beberapa pemain baru jelas menjadi problem tersendiri dan tak mudah.

Sejatinya dalam permainan sepakbola itu kuncinya adalah kerja sama tim yaitu antara 11 pemain yang berada di lapangan dalam menerapkan taktik dan strategi yang diinginian oleh pelatih. 

Alasan itulah yang membuat saya tak berekspetasi tinggi untuk hasil akhir melawan Australia. Imbang saja buat saya merupakan hasil yang maksimal. Jim

Di awal pertandingan, buat saya di luar dugaan ketika tuan rumah Australia tidak langsung bermain menyerang namun justru lebih banyak menunggu sambil mencari celah untuk melancarkan serangan balik. 

Sebaliknya Indonesia tampil begitu percaya diri dengan bermain terbuka dan terus menekan pertahanan Australia.

Hasilnya, Indonesia sempat memperoleh hadiah penalti dari wasit di menit awal babak pertama. Sayangnya peluang emas ini terbuang percuma karena bola dari tendangan Kevin Diks hanya membentur mistar gawang. 

Entah karena gagal penalti atau sebab lain, permainan Indonesia sempat mengendur dan hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Australia dengan bermain menyerang dan sukses mencetak dua gol dalam interval waktu dua menit, salah satunya lewat tendangan penalti.

Setelah itu, Australia mulai bermain terbuka dengan melancarkan serangan berbahaya sehingga mampu menambah satu gol lagi di babak pertama. 

Situasi tak banyak berbeda di babak kedua, Indonesia memang lebih banyak menguasai bola namun serangan yang dilancarkan Indonesia selalu kandas begitu memasuki kotak penalti Australia. 

Sementara Australia lebih banyak menumpuk pemainnya di lini pertahanan namun juga kerap melakukan transisi menyerang yang sangat merepotkan lini pertahanan Indonesia.

Selain itu, Australia unggul dan mampu "mengunci" lini tengah permainan sehingga sulit bagi Indonesia untuk bisa bergerak leluasa untuk masuk ke pertahanan Australia. 

Dua gol tambahan dari Australia adalah hasil dari skema bola mati (sepak pojok) yang mampu dimaksimalkan lewat sundulan kepala oleh pemain Australia  untuk menjebol gawang Indonesia. 

Sementara gol balasan Indonesia adalah hasil umpan matang dari Kevin Diks yang mampu dituntaskan dengan baik oleh Ole Romeny dan menjadi gol pertama dari debutnya bersama Indonesia. 

Kekalahan telak dari Australia ini menjadi awal yang buruk bagi debut sang pelatih Patrick Kluivert dalam menangani Indonesia dan tentu saja hal ini menjadi pertanda yang tidak memuaskan bagi suporter Indonesia sehingga wajar mereka yang berada di stadion Allianz Sydney ramai-ramai meneriakkan nama pelatih Indonesia sebelumnya, Shin Tae-Yong (STY). 

Suporter Indonesia yang sudah terlanjur berekspetasi terlalu tinggi namun nyatanya hasilnya jeblok dan benar-benar di luar dugaan mereka.

Oleh karena itu tentu banyak hal yang harus segera dievaluasi dan diperbaiki oleh tim pelatih Indonesia karena hanya empat hari berselang (25 Maret 2025), Indonesia akan menjamu Bahrain di Stadion Gelora Bung (GBK), Jakarta. 

Dengan dukungan puluhan ribu suporter yang memadati stadion GBK, kali ini saya sangat berharap Indonesia bisa meraih tiga poin penuh untuk menjaga asa lolos ke putaran Final Piala Dunia 2026. 

Insya Allah ..


Klasemen sementara 



instagram.com/garudaloverss


Sekali Layar Terkembang Surut Kita Berpantang ..


Sobat, ijinkan saya menyampaikan sebuah pantun sebelum saya undur diri : 

Bang Soleh Bekerja Di Negara Kenya

Keluarganya Tetap Tinggal Di Magetan

Kekalahan Bukan Akhir Dari Segalanya

Namun Menjadi Monentum Kebangkitan

*** 

Selamat beraktivitas ..

Salam sehat ..

 

NH

Depok, 21 Maret 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikmati Wedang Uwuh

Liga 2 : Persiraja Taklukkan FC Bekasi City 2-1

Mengenal Sosok KOWAL Yang Gemar Menulis