Tanpa Handphone, Kita Bisa Mati Gaya

 


Selamat pagi sobat,

Di pagi hari yang cerah ini saya mengangkat topik tentang Tanpa Handphone, Kita Bisa Mati Gaya.

Di era digitalisasi seperti sekarang ini apalagi berada dalam masa sulit pandemi COVID-19, kita tidak bisa lepas dari Handphone atau telepon genggam. Kata anak milenial, tanpa handphone, kita bisa mati gaya. Ungkapan tersebut memang benar adanya. Mungkin bagi generasi milenial, handphone adalah bagian dari gaya mereka untuk bisa bersosial media atau main game atau nonton drakor (drama Korea) apalagi bila bisa menggunakan jenis dan merek handphonenya ber”kelas”.

Namun lebih daripada itu, manfaat handphone sesungguhnya bukan sekedar gaya bisa bersosial media atau main game atau nonton drakor atau sebagai alat komunikasi atau untuk belanja online semata. Dengan menggunakan handphone maka kita bisa menambah wawasan dan pengetahuan apa saja dengan mencarinya lewat mbah Google.

Selanjutnya handphone menjadi semakin penting di masa pandeni COVID-19 saat ini karena bisa digunakan untuk melakukan pembelajaran secara online atau istilah sekarang secara daring (dalam jaringan). Handphone lebih praktis dan bisa lebih murah dibandingkan laptop terutama untuk kalangan masyarakat menengah bawah atau masyarakat di pedesaan.

Ungkapan tanpa handphone atau HP, kita bisa mati gaya juga berlaku bagi seorang penulis yang kadang timbul ide untuk menulis ketika melihat keadaan di sekitarnya. Dan ide tersebut bisa langsung dituangkan lewat handphone dalam website atau blog pribadi lalu langsung bisa dipublikasikan di media online, tak lagi harus menunggu sampai kembali ke rumah dan baru dituliskan lewat laptop dan komputer PC dan kemudian dipublikasikan.

Saya pernah mengalami hal yang demikian ketika akan memberi kuliah terakhir di akhir semester. Saat itu saya masuk ke kelas namun tak satupun mahasiswa saya hadir di kelas itu. Saya harus menunggu kedatangan mereka selama sekitar 30 menit dan itupun akhirnya yang datang cuma tiga mahasiswa saja.

Selagi menunggu kedatangan mahasiswa saya, timbul ide saya untuk membuat tulisan dari keadaan tersebut. Pertama, saya foto bangku bangku kosong di kelas tersebut untuk dijadikan gambar di artikel yang akan saya buat. Kedua, dengan menggunakan handphone saya buka akun UC We Media (saat itu saya menjadi kreator di UC We Media) dan masuk ke menu tulis artikel. Sekitar 20 menit, sebuah artikel sudah saya buat dengan judul “Bangku Bangku Kosong Di Akhir Perkuliahan Semester”. Artikel tersebut langsung saya publikasikan di media online UC News sehingga bisa dibaca oleh banyak orang. Artikel ini saya tulis pada tanggal 15 Juli 2017 dan setelahnya sudah saya bukukan di buku pertama saya, yang berjudul “Anak Kolong Yang Gemar Menulis” yang telah diterbitkan pada tanggal 22 Agustus 2020 oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). 

Itulah salah satu kegunaan handphone bagi seorang penulis yang tulisannya bisa cepat dibaca oleh banyak orang.

Handphone memang lebih praktis bagi seorang penulis untuk membuat sebuah tulisan dibandingkan dengan menggunakan PC (Personal Computer) atau laptop. Sambil duduk santai kita bisa nembuat sebuah tulisan dengan Handphone. Seperti saat menulis artikel ini di menu tulis artikel website YPTD : terbitkanbukugratis.id, saya menulis sambil setengah berbaring setelah solat subuh tadi. Dan setelah selesai, saya cek kembali kemudian langsung saya publikasikan di rubrik NGETEH MORNING sehingga bisa dibaca orang yang membuka website YPTD :  terbitkanbukugratis.id di pagi hari ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat ..

Saya tutup tulisan ini dengan sebuah pantun :

Anake Pakde Mukhlis Sekarang Jadi Vocalis 

Selalu Muncul Di Media Jadi Headline

Manfaat Handphone Bagi Seorang Penulis  

Tulis Artikel Lalu Publikasikan Di Media Online

Sobat, saatnya saya undur diri ..

Selamat beraktivitas ..

Salam sehat ..

 

NH
Depok, 28 Juli 2021



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih Cover Buku Yang Spesial

Kilas Balik Dalam Menerbitkan Buku

Terbitkan Buku Di Bulan Juni 2024